Banjir Dan Trafo PLN Meledak, Distribusi Air Tirtanadi Terganggu

Daftar Isi
Sekretaris Dewan Pengawas PDAM Tirtanadi H Hasban Ritonga didampingi anggota T Fahmi Johan dan Farianda Putra Sinik, bersama Kepala Sekretaris PDAM Tirtanadi Jumirin dan Kabid Publikasi dan Komunikasi Oktavia Anggrani serta Sekretaris Pokja Nasir, pada silaturahmi Senin (17/9) di kantor pusat PDAM Tirtanadi Sumut Jalan Sisingamangaraja Medan. 
MEDAN,INDOMETRO.ID - Banjir yang melanda Kota Medan sejak Sabtu-Minggu (15-16/9) ditambah meledaknya trafo PLN di Paya Geli, Minggu (16/9), mengakibatkan distribusi air PDAM Tirtanadi Sumut di sejumlah daerah di Medan sekitarnya terganggu hingga Senin (17/9) masih belum normal 100 persen. Sebelumnya suplai air bahkan sempat terpaksa dihentikan karena pipa terendam banjir.
Sekretaris Dewan Pengawas PDAM Tirtanadi H Hasban Ritonga mengakui akibat bencana alam itu, distribusi air di hampir wilayah Kota Medan terganggu. “Kalau IPA Sunggal terganggu, maka sebagian wilayah di Medan menjadi terganggu karena distribusi air terbesar dari IPA Sunggal,” tegas Hasban Ritonga dalam pertemuan silaturrahim Pokja wartawan PDAM Tirtanadi dengan Dewan Pengawas dan Direksi PDAM Tirtanadi Sumut, Senin (17/9) di kantor pusat PDAM Tirtanadi Sumut Jalan Sisingamangaraja Medan.
Hasban ditemani Anggota Dewan Pengawas PDAM Tirtanadi lainnya yakni T Fahmi Johan dan Farianda Putra Sinik. Hadir Kepala Sekretaris PDAM Tirtanadi Jumirin dan Kabid Publikasi dan Komunikasi Oktavia Anggrani dan Sekretaris Pokja Nasir.
Diketahui, pada Minggu (16/9) sekitar pukul 03.31 WIB terjadi gangguan kubikel 20.000 Volt dan Trafo Daya 150.000 Volt di Gardu Induk Paya Geli Medan menyebabkan terjadinya gangguan suplai energi listrik yang mengakibatkan pemadaman listrik di beberapa kawasan kota Medan.
BACA JUGA:

Hasban mengakui selain distribusi terganggu, kondisi air juga keruh. Sehingga pasokan air terpaksa dihentikan, namun petugas di lapangan terus berupaya memperbaiki. Fungsi Dewan Pengawas, kata Hasban, hanya mengawasi, memberikan rekomendasi atau menegur direksi tanpa bisa mengambil tindakan lain.
Dewan Pengawas (Dewas) PDAM Tirtanadi Sumut mengakui bahwa perusahaan PDAM Tirtandi Sumut belum bisa melayani pelanggan secara maksimal. Namun untuk menuju keberhasilan, PDAM Tirtanadi telah berpaya dan dikerjakan sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing Dewan Pengawas dan Direksi PDAM Tirtanadi.
“Dewan Pegawas PDAM Tirtanadi dan direksi menentukan keberhasilan perusahaan daerah dalam mengemban visi dan misinya, kami telah berupaya menjalannkan tugas dan kewenangan sesuai PP nomor 54 tahun 2017 dan peratauran BUMD Nomor 3,” ujar Hasban.
Salah satu tugas dan kewenangan itu, melakukan pengawasan terhadap kebijakan internal, disamping memberikan laporan ke Gubernur dan telah turun ke cabang-cabang PDAM di Sumatera Utara dan hanya tinggal tiga cabang lagi yang belum dikunjungi dan akan dikunjungi hingga akhir tahun 2018.
Ia menambahkan kapasitas produksi air PDAM Tirtanadi sekarang mencapai 6.600 liter/detik dengan pelanggan di Medan sekitarnya 460.000 sambungan, cakupan air sudah mencapai 80 persen. Produksi air itu diperoleh dari IPA Sunggal, Delitua, Limau Manis, Blumei. Martubung, Sibolangit, Hamparan Perak dan Tirta Lyonais Medan.
Menyinggung penyertaan modal Pemprovsu sebesar Rp200 miliar, Jumirin menyebut semuanya sudah terealisasi yakni untuk IPA Sunggal sekira Rp170 miliar dan IPA Martubung sekira Rp58 miliar sehingga total Rp238 milliar. Jadi ada tambahan modal PDAM sebesar Rp58 miliar.
“Kami selalu menyampaikan kepada Direksi bila ada persoalan-persolan yang trjadi dan tak tidak sesuai pada pelaksanaan kebijakan, kami panggil dan mempertanyakan sekaligus memberikan masukan-masukan,” tambah Farianda Sinik.
Sementara itu, Kepala Sekretaris Perusahaan PDAM Tirtanadi Jumirin menambahkan, akibat banjir, yang terkena dampak yakni cabang Diski, Water Treatment Plant (WTP) mini Jalan Karsa di Cabang Sei Agul dan WTP Kelambir Lima.Sedangkan akibat trafo di Paya Geli meledak, daerah yang terganggu yakni Padang Bulan, Sunggal, Diski, Sei Agul, Tuasan, HM Yamin dan Medan Kota.
Menurut Jumirin, akibat banjir sehingga pipa pecah, otomatis operasional terhenti. Setelah selesai dibetuli, maka pipa harus dipadati dulu dengan air sampai penuh dibuka dulu supaya sampah-sampah yang masuk ke pipa keluar. “Kondisi ini butuh waktu, jadi tidak bisa seperti perbaikan listrik PLN, kalau hidup, langsung listrik teraliri,” katanya.
Sementara itu, gangguan trafo di Paya Geli, listrik diganti dengan genset menyebabkan operasional di IPA tak maksimal, hanya berfungsi 70-80 persen. Jumirin juga tak menampik kondisi air keruh. Hal itu disebabkan, air bercampur lumpur dan banyaknya sampah yang terbawa arus air. Tak hanya itu, pihaknya terpaksa mematikan pompa air karena terendam.
Meski pengoperasian menggunakan genset, namun pendistribusian air tak bisa optimal. “Sampai hari ini (Senin, 17/9) belum sepenuhnya normal distribusi air karena ada pengisian pipa. Kami masih mengupayakan agar pelayanan tetap maksimal,” ujarnya.
Menurut Jumirin, akibat banjir sehingga pipa pecah, otomatis operasional terhenti. Setelah selesai dibetuli, maka pipa harus dipadati dulu dengan air sampai penuh dibuka dulu supaya sampah-sampah yang masuk ke pipa keluar. “Kondisi ini butuh waktu, jadi tidak bisa seperti perbaikan listrik PLN, kalau hidup, langsung listrik teraliri,” katanya.
Meski pengoperasian menggunakan genset, namun pendistribusian air tak bisa optimal. “Sampai hari ini (Senin, 17/9) belum sepenuhnya normal distribusi air karena ada pengisian pipa. Kami masih mengupayakan agar pelayanan tetap maksimal,” ujarnya. (smt)

Posting Komentar



banner image