Tangkap Penjahat Gunakan Tabungan Sendiri, Polisi Ini Dimarahi Istri

Daftar Isi



Kompol Supriyadi Kanit Reskrim Polsek Tanah Abang
Kompol Supriyadi Kanit Reskrim Polsek Tanah Abang
INDOMETRO.ID - Awal September 2015 silam. Kompol Supriyadi lari sore di perempatan Cempaka Putih-Rawamangun atau dikenal perempaan Coca-cola. Layaknya atlet pelari, dia mengenakan pakaian olahraga lengkap dengan sepatu kats. Namun di kakinya terselip pistol. Selagi lari santai itu dia melihat enam bandit menodong pengemudi mobil.

Tanpa buang waktu dia mencabut pistol. “Menyerah atau saya tembak!” perintahnya sambil menodongkan senjata api.
Di luar dugaan, dua dari empat bandit itu memberondong tembakan. Beruntung tak satu pun peluru menyentuh tubuhnya. Kompol Supyradi balik membalas.
Dor! Dor! Dua bandit bergelimpangan tak berkutik sedangkan empat lainnya kabur. “Saya selalu waspada sebagai insan Bhayangkara. Meski tak sedang bertugas, saya dituntut peka terhadap keamanan lingkungannya. Kejahatan muncul di mana saja, kapan saja, menyasar
siapa saja dan di sembarang waktu,” katanya.

Perwira yang kini menjabat Kanit Reskrim Polsek Tanah Abang ini lebih separuh kariernya bertugas di keresersean. Tak heran dia pernah dibacok penjahat dan nyaris mati ditembus peluru dalam baku tembak dengan penjahat. “Dua kali saya pernah ditebas golok di tangan hingga mendapat 12 jahitan saat menangkap perampok,” kenangnya.
Meski demikian, nyalinya tak pernah menciut terhadap pelaku kejahatan. “Penjahat itu harus dilawan, tapi pakai perhitungan. Kalau dibiarkan mereka makin sadis dan merajalela,” ucapnya.
Keberaniannya meringkus bandit jalanan berawal dia menjadi korban penodongan saat masih
siswa SMA di Boyolali, Jawa Tengah pada 1986.
DITODONG
“Kala itu saya ditodong dua penjahat pakai pisau. Lantaran tak punya uang, kedua bandit menikamkam pisau, saya mengelak. Saya pun berkelahi lawan dua penjahat. Dua bandit itu terkapar saya gebuki lalu dijebloskan ke kantor polisi,” ucapnya.

Sejak itulah dia bercita-cita menjadi polisi. “Saya ingin jadi angggota reserse berpakain preman tapi punya pistol. Kelihatannya gagah, sangar, dan pemberani terhadap penjahat, tapi santun terhadap warga,” katanya.
Lulus SMA dia masuk Akpol, namun gagal. Tak putus asa dia mendaftar sekolah calon bintara pada 1988. “Alahamudulilah saya diterima. Usai mengikuti pendidikan di SPN Lido, Bogor,” kenangnya.
Keluar dari secaba dia menyandang brigadir dan bertugas di Polres Jakarta Pusat di tempatkan di satuan shabara. Dua tahun kemudian dipindahkan ke unit reserse kriminal. Sejak itulah dia berkecimpung di dunia keresersean.
BACA JUGA:

Pegasus Polsek Sunggal Ringkus Pelaku Pencurian R2 Milik Karyawan Toko


Selama itulah dia banyak makan asam garam menangani berbagai kasus kejahatan. “Saya sampai pakai uang tabungan menangkap penjahat. Istri sampai marah-marah, maklum uang itu buat mendaftar sekolah anak,” ujarnya.

Namun kemarahan istri sirna ketika dia mampu menangkap penjahat dan diganjar penghargaan. Dia pun mengikuti Sekolah Calon Perwira pada 2002. Selepas dari pendidikan, dia kembali ke keresersean hingga akhirnya menjabat Kanit Reskrim Polsek Cempaka Putih dan Polsek Kemayoran. Kini dia diperca Kanit Reskrim Polsek Tanah Abang. (sp)

Posting Komentar

Follow Yuk!

@indometromedia
banner image