Antara Tekad Pejuang Rupiah Dan Atensi

Daftar Isi


                                     Oleh : Eddy Hartono.

               Tatkala merasakan kondisi tingkat kesulitan ekonomi dalam memenuhi kebutuhan hidup,maka timbullah rasa kepahitan yang menyesakkan pada diri.Solusinya dipikirkan dan dicari sebagai upaya mendapatkan uang.Rentetan situasi yaitu pandemi covid 19,kenaikan harga BBM berimplikasi pada meningkatnya sejumlah harga kebutuhan makan  serta biaya lainnya.Laju inflasi pun turut dicermati,sehingga muncul juga Bansos mengantisipasi dampak inflasi.
              Bansos  yang digelontorkan oleh Pemerintah pun menjadi "dana bantu" bagi warga kurang mampu dalam membiayai rumah tangganya.Beginilah keadaan era sekarang,kenyataan-kenyataan dinamika kehidupan khususnya dalam mencari rezeki merupakan hari-hari yang dilalui dengan tingkat realita kerumitan pun jadi tantangan dan cobaan.
             Faktor kekurangan memaksa seseorang "putar otak" untuk mampu mengatasi kendala-kendala di depan mata.Namun akan terpujilah seseorang tersebut mampu melakukan upaya ulet dan kerja keras guna mencari uang.Jadilah seorang "pejuang rupiah".
            Mungkin kita akan bertanya,apalagi solusi jika seseorang telah upaya keras tapi tak juga mendapatkan uang atau uang yang diraih tidak cukup memenuhi biaya yang diperlukan.Siapa yang berminat menunjukkan atensi serta peduli "mengulurkan tangan" menyampaikan amalnya.Masih adakah inisiatif dan kepedulian seperti ini ?
             Penulis melihat seorang  ibu berusia 56 tahun duduk di sisi tepi trotoar kawasan Jalan Dr.Sutomo depan lokasi Lapangan Merdeka Kota Tebing Tinggi,di dekatnya ada  goni berisi barang-barang bekas hasil pencarian di tempat yang ditujunya.Walau sudah cukup berumur tua,namun keuletan mengais rezeki tak perlu diragukan lagi.Suatu contoh "pejuang rupiah" di era globalisasi dan digitalisasi sekarang ini.Sisi lain dari segmen kegidupan,meskipun deras berbagai kemajuan dan pembangunan infrastruktur,namun hakiki manusia di diri ibu pekerja keras ini masih terpelihara dengan apik.Pada penulis,ibu Tris  warga Kelurahan Tualang ini mengungkapkan lebih kurang dalam setahun ia tak pernah menerima bantuan Bansos.
            Yang pasti,tekad kuat dibarengi ketabahan dan tak gengsi adalah spirit dasar berusaha berjuang mendapatkan sesuatu.Berbagai "alat pencari uang" para pelaku mencari nafkah.Pikiran dan energi terkuras,kegetiran,rasa letih menyatu demi mendapat penghasilan.Ada terik sinar matahari,ada cuaca mendung,ada cuaca hujan,ada suasana ramai,ada suasana sepi merupakan sesuatu yang mengiringi "pejuang rupiah".Inilah mungkin sedikit ulasan yang bisa menggambarkan para warga kurang mampu melakukan hari-hari aktifitasnya mencari rezeki.
            Tidak seperti beliau-beliau para pekerja di kantor-kantor..dengan baju dinas apik,ada lektop/komputer,ada ac pendingin,meja kursi bagus dan fasilitas lainnya.Memang takdir manusia ada yang beda-beda,namun suka dan duka itu..mereka juga mengalami.Alangkah indahnya diantara semua aktifitas yang bergulir tersebut mampu menjadi aktifitas sejati atau mumpuni dalam bersinergi serta berkolaborasi.Sebagaimana anjuran Tuhan agar memberi atensi serta kepedulian pada orang kurang mampu yang baik.Semoga.-

Posting Komentar



banner image