Desa Koting D dan Desa Waturepa Gelar Rembuk Stunting Bersama

Daftar Isi

Suasana Diskusi Kelompok Terarah Rembuk Stunting Desa Koting D dan Desa Waturepa

Maumere, indometro.id- Jumat (16/06/2023), bertempat di Aula Kantor Desa Koting D, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) bersama Pemerintah Desa Koting D dan Desa Waturepa Kecamatan Koting Kabupaten Sikka menggelar kegiatan Remuk Stunting bersama tahun 2023.


Rembug stunting merupakan rangkaian dari tahapan penyusunan perencanaan di tingkat Desa untuk merumuskan kebijakan dan prioritas wajib sehubungan pengentasan stunting dalam rumusan RKP desa.


Kegiatan dihadiri oleh Penjabat Kepala Desa, Perangkat Desa, Badan Permusyawaratsn Desa, Kader Posyandu, Ketua RT, Ketus RW dan tokoh masyarakat dari kedua Desa.Turut hadir, Petugas Kesehatan dari Puskesmas Koting, Tenaga Kesehatan Desa Koting D, Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Sikka, Pendamping Desa Pendamping Lokal Desa dan beberapa unsur lainnya. 


Stunting adalah kondisi serius pada anak yang ditandai dengan tinggi badan anak di bawah rata-rata atau anak sangat pendek serta tubuhnya tidak bertumbuh dan berkembang dengan baik sesuai usianya dan berlangsung dalam waktu lama. 


Pelaksanaan Rembuk Stunting dibuka oleh Ketua Badan Permusyawaratsn Desa (BPD) Desa Koting D, Antonius Bonifasius,ST. Kemudian dilanjutkan dengan rapat paripurna pembahasan konvergensi stunting yang dipimpin oleh Ketua BPD Desa Waturepa, Eugenius Grasa. 


Agenda kegiatan diantaranya Focus Group Discussion (FGD yang dipandu oleh para Pendamping Desa dan Pendamping Lokal Desa. Dalam FGD, peserta dibagi dalam 2 kelompok bedasarkan Desa. Peserta mengkaji masalah dan merumuskan usulan kegiatan dari 5 paket layanan konvergensi stunting. 


5 paket layanan konvergensi stunting terdiri dari Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Konseling Gizi Terpadu, Sanitasi dan Air Bersih, Perlindungan Sosial serta Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). 


FGD Desa Waturepa


Ketua BPD Desa Koting D, Antonius Bonifasius, ST, dalam sambutannya mengatakan, masalah stunting sudah menjadi agenda nasional. Dengan demikian, kata Antonius, Rembuk Stunting terjadi di seluruh Indonesia. 


Pada kesempatan tersebut, ia menyampaikan terima kasih kepada para petugas kesehatan. Di mana, melalui kerja keras mereka prosentase stunting di Desa Koting D dan Waturepa menurun. 


"Terima kasih banyak bapak-bapak, ibu-ibu sekalian terutama dari Tim Kesehatan, ibu Yani dan ibu Ria bersama teman-teman yang telah bekerja keras sehingga prosentase stunting di dua Desa ini sudah sangat jauh menurun", ungkapnya. 


Sementara, Penjabat Kepala Desa Koting D, Thadeus Pega, mengajak semua pihak agar bersama- sama membantu pencegahan stunting, yang di mulai dari remaja, ibu hamil dan anak-anak. 


"Agar mari kita bersama-sama membantu untuk pencegahan stunting, yang di mulai dari remaja, ibu hamil dan anak-anak", ujarnya. 


Ia menjelaskan, Rembuk Stunting dilakukan secara bersama-sama dikarenakan Desa Koting D dan Desa Waturepa masih memiliki sumber anggaran yang sama, yakni melalui  Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa) Desa Koting D tahun 2023.


Pendamping Desa Kecamatan Koting, Silvester Moan Nurak, menguraikan rencana kerja tindak lanjut dari kegiatan Rembuk Stunting. Menurutnya, tahapan selanjutnya yang harus dikerjakan adalah menyelesaikan data konvergensi stunting quarta I, II, III dan IV tahun 2022 dan penyelenggaraan musyawarah Desa penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) tahun 2024.


Ada beberapa permasalahan yang dihadapi dalam penurunan stunting yaitu Gizi Buruk Desa, ibu hamil KEK, kurangnya kesadaran memeriksakan kehamilan secara rutin, minimnya sarana dan prasarana, jumlah dan SDM Kader Posyandu kurang, Penyuluhan Posyandu dan Penguatan Kapasitas Kader. 


Khusus Desa Waturepa, masih memiliki kendala antara lain belum tersedianya fasilitas kesehatan seperti Polindes atau Poskesdes, baru memiliki 1 unit Posyandu, belum tersedianya Tenaga Kesehatan Desa, Kader Pembangunan Manusia, kurangnya Kader Posyandu dan beberapa permasalahan lainnya.


Dalam Rembuk Stunting tersebut menghasilkan rekomendasi program kegiatan Konvergensi Stunting sebagai bagian dari perencanaan Desa Koting D dan Desa Waturepa tahun 2024 yang ditetapkan melalui Berita Acara. 


Suasana Diskusi Kelompok Terarah Rembuk Stunting Desa Koting D dan Desa Waturepa



Pemenuhan Gizi 1000 HPK



Petugas Gizi dari Puskesmas Koting, Oktavia Weni Jajo, mengatakan masalah stunting disebabkan oleh kekurangan gizi kronis pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). 


Dihadapan peserta Rembug Stunting ia menjelaskan, kehidupan anak dimulai sejak hari pertama kehidupan yaitu, dari usia kehamilan 0 bulan sampai dengan anak usia dua tahun atau 23 bulan.


'Ini adalah periode penting, sebab otak dan fisik akan ditentukan dalam periode ini', jelasnya. 


Menurutnya, asupan gizi memegang peranan yang sangat penting. Sehingga, bila asupan gizi anak kurang maka anak akan mengalami gangguan tumbuh kembang, terlambat bicara dan berjalan serta kekerdilan.


Oleh karena itu, lanjutnya, yang perlu diperhatikan diantaranya pemenuhan gizi selama kehamilan dan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif pada usia 0 sampai 6 bulan.


 'Misalnya kebutuhan kalsium, asam folfat,  vitamin,  protein dan karbohidrat selama masa hamil dan pemberian ASI Eksklusif pada usia anak 0 sampai 6 bulan', Pungkasnya.(Roinmapan


Posting Komentar



#
banner image