Baru Selesai Dibangun, Jembatan Seloyan di PALI Sudah Rusak: Warga Pertanyakan Kualitas Proyek
INDOMETRO.ID
PALI (Sumsel) – Pembangunan Jembatan Seloyan di Desa Benakat Minyak, Kecamatan Talang Ubi, Kabupaten PALI, menuai kritikan tajam dari masyarakat. Jembatan yang baru saja dinyatakan selesai dalam hitungan bulan ini sudah menunjukkan berbagai kerusakan, mulai dari jalan yang tidak rata hingga cat yang terkelupas.
Pantauan di lokasi pada Senin (13/1/2025) menunjukkan jalan di sekitar jembatan mulai retak dan pecah-pecah. Warga menduga pengerjaan proyek ini dilakukan secara asal-asalan, tanpa melalui proses pengerasan yang memadai.
“Di duga Tanahnya hanya ditimbun begitu saja tanpa pengerasan, jadi tidak heran kalau jalan di sekitar jembatan cepat rusak. Padahal proyek ini baru selesai,” ujar seorang warga dengan nada kecewa.
Proyek ini memiliki nilai kontrak sebesar Rp 6.119.724.000,00 dengan nomor kontrak 632/00169/DIS.PUBMTR/KONTRAK.JBT/2024. Pengerjaan dilakukan oleh CV Ketapang Grup, menggunakan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun Anggaran 2024.
Warga juga menduga proyek ini telah selesai karena papan informasi proyek sudah dicabut dan tidak ada lagi aktivitas pengerjaan di lokasi.
Hari Kedua: Wartawan Temui Pihak Lapangan
Pada hari kedua, Selasa (14/1/2025) pukul 14.20 WIB, wartawan kembali ke lokasi pembangunan dan berhasil menemui seorang pekerja bernama Sunar. Dalam keterangannya, Sunar menyebut bahwa dirinya dan tim diperintahkan oleh Sapta untuk melakukan "penising" di jembatan tersebut.
Namun, kenyataan di lapangan justru menunjukkan hal berbeda. Tim terlihat memperbaiki berbagai kerusakan, seperti jalan yang rusak parah, permukaan jalan yang tidak rata, hingga cat jembatan yang terkelupas. Hal ini memunculkan pertanyaan besar, karena proyek ini belum lama selesai, tetapi sudah memerlukan perbaikan signifikan.
Ketika ditanya lebih lanjut, Sunar terlihat ragu dan memberikan jawaban yang berbelit-belit. Ia juga mengklaim bahwa pekerjaan tersebut merupakan bagian dari masa perawatan. "Ini masih dalam masa perawatan," ujar Sunar dengan nada tidak meyakinkan. Pernyataan ini memicu kritik, karena masa perawatan umumnya tidak seharusnya langsung diisi dengan perbaikan besar-besaran.
Masyarakat Desa Benakat Minyak mendesak pemerintah, khususnya Dinas Pekerjaan Umum dan Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan, untuk melakukan audit menyeluruh terhadap proyek ini. Warga menilai bahwa dengan anggaran sebesar Rp 6 miliar lebih, hasil pembangunan seharusnya berkualitas tinggi dan bertahan lama.
“Kalau baru selesai sudah begini, artinya pengawasan proyek ini lemah. Kami sangat kecewa karena uang rakyat seakan-akan disia-siakan,” kata salah satu warga yang enggan disebutkan namanya.
Kasus Jembatan Seloyan ini menjadi perhatian serius, terutama terkait transparansi dan pengawasan dalam pengerjaan proyek infrastruktur yang dibiayai oleh uang rakyat. Pemerintah diharapkan tidak hanya memastikan pelaksanaan sesuai spesifikasi teknis, tetapi juga mengutamakan kualitas sehingga infrastruktur yang dibangun benar-benar memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat.
Jembatan Seloyan, yang seharusnya menjadi solusi aksesibilitas warga, kini justru menjadi simbol kekecewaan akibat dugaan pengerjaan yang tidak sesuai standar.
(Penulis : Riko Eriyadi)
Posting Komentar