Gara-gara AS, Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Melambat

Daftar Isi
image_title
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati
INDOMETRO.ID  – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan, gejolak perekonomian global masih akan terus menghantui perekonomian domestik hingga akhir 2018 maupun memasuki 2019. Hal ini utamanya, dipicu oleh perekonomian dunia yang cenderung akan melambat, meski momentum pemulihan ekonomi masih terus berlangsung.



Dia menjelaskan, perlambatan perekonomian global tersebut dan tidak meratanya momentum pemulihan ekonomi global, utamanya dipicu oleh kebijakan-kebijakan perekonomian Amerika Serikat, baik dari sisi normalisasi moneternya oleh The Federal Reserve, maupun kebijakan perdagangan Amerika Serikat, dengan negara-negara mitra dagang utamanya yang saling melakukan perang tarif.
"Kondisi ini menimbulkan dinamika yang sangat beda di 2018. Maka, outlook 2018, diperkirakan terus ke 2019. Dari sisi ekonomi riil di banyak negara, terutama advance country, AS growth-nya terkuat. Namun, lainnya ada downside risk," kata Sri Mulyani di Gedung DPR RI, Jakarta, saat rapat kerja dengan Komisi XI terkait asumsi makro RAPBN 2019, Senin 10 September 2018.


Menurut dia, akibat hal tersebut, negara-negara maju tidak menunjukkan pemulihan sebagaimana yang dialami Amerika Serikat. Hal itu, tercermin dari proyeksi pertumbuhan ekonomi mereka yang diperkirakan mengalami koreksi, seperti Jerman yang terkoreksi dari 2,5 persen menjadi 2,2 persen, kemudian Jepang dari 1,7 persen menjadi 1,0 persen, serta China yang pertumbuhannya moderat.
"Meski outlook di 3,9 persen (pertumbuhan ekonomi global), dinamikanya perlu kita waspadai. RRT (China) dalam hal ini akan tumbuh lebih moderat. India, meski agak tinggi diperkirakan lebih lambat. Maka, outlook semester dua akan jauh lebih berat," tutur dia.
BACA JUGA:

Dispensasi ke Jokowi, Gerindra Minta Demokrat Klarifikasi ke Koalisi

Fadli Zon Tak Percaya Demokrat Main 2 Kaki, Pegang Teguh Omongan SBY

Kemkumham Bantah Keluarkan Badan Hukum Perkumpulan Tagar2019PrabowoPresiden

Perlambatan perekonomian global tersebut, dikatakannya, berdampak terhadap mendinginnya perbaikan harga-harga komoditas global, yang kemudian menyebabkan ekspor impor domestik diperkirakan sedikit terganggu akibat beberapa sektor industri mengalami perlambatan pertumbuhan.
"Yang perlu diwaspadai adalah sektor sekunder, meski pertumbuhan ekonomi kita menunjukkan pemulihan yang cukup sulit, namun sektor industri manufaktur tetap ada dalam pertumbuhan ajek yang tidak berubah di kisaran empat persen. Artinya, sektor manufaktur tidak mengalami pemulihan pertumbuhan dari sektor lain," ungkapnya.
Atas dasar itu, lanjut dia, APBN pada 2019 akan lebih cenderung diarahkan untuk stabilisasi perekonomian domestik untuk menghadapi gejolak ekonomi global, ketimbang ditujukan untuk distribusi maupun alokasi.
Sebab, menurutnya, meski pertumbuhan ekonomi global sedikit melambat, momentum perbaikan itu masih ada dan memengaruhi perekonomian global.
"2019, kita masih dihadapkan lingkungan global, yaitu kenaikan suku bunga acuan AS dan trade war, serta pertumbuhan ekonomi yang mengalami koreksi juga. 2019 dipersepsikan sebagai tahun politik, juga akan timbulkan dinamika persepsi pelaku ekonomi," katanya.


"Namun, dari sisi policy pemerintah, dari dinamika peningkatan di semester dua, kebijakan fiskal pemerintah lebih ke stabilisasi, dibandingkan alokasi dan distribusi. Karena, growth-nya sedang mengalami momentumnya, sehingga tidak perlu didorong lagi," tambah Sri Mulyani.(vv)

Posting Komentar



banner image