Padahal Dijaga 25 Sekuriti, Kenapa Taruna Aldama Bisa Tewas Dianiaya Senior?
Daftar Isi
Aldama Putra Pangkolan |
INDOMETRO.ID - Sistem pengamanan di asrama kampus Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan (ATKP) Makassar, dipertanyakan.
Hal itu terkait kematian taruna ATKP Makassar tingkat I Aldama Putra (19).
Aldama tewas setelah dianiaya seniornya M Rusdi (21) pada Minggu (3/2/2019) lalu.
Meninggalnya Aldama menyisakan duka bagi kedua orang tuanya, Pelda Daniel dan Mariaty.
Begitu juga bagi rekan-rekannya yang menempuh pendidikan di kampus yang berlokasi di Jl Salodong, Kelurahan Untia, Kecamatan Biringkanaya, Makassar.
Lalu seperti apa sistem keamanan di ATKP Makassar?
Kepala Sekuriti ATKP Makassar, Tri Margono, yang ditemui Rabu (6/2/2019) mengungkapkan, pengamanan di kampus ATKP Makassar menggunakan 25 orang sekuriti.
Dua Kampus
Ke-25 orang petugas keamanan itu dibagi untuk kampus satu yang berlokasi Jl Poros Makassar-Maros Km 25.
Lalu di kampus baru atau kampus dua yang berlokasi di Jl Salodong, Kelurahan Untia, Kecamatan Biringkanaya, Makassar.
BACA JUGA:
"Total sekuriti ada 25 orang, dibagi, ada yang di kampus satu (kampus lama) dan ada disini kampus baru. Tiap shift dijaga delapan orang," kata Tri Margono.
Secara logika, berarti tiap shift atau pergantian tugas, berarti kampus 1 dan kampus 2 dijaga masing 4 orang.
Kehadiran petugas sekuriti itu tidak sebatas mengontrol langsung segala aktivitas taruna dan taruni di kampus ATKP.
Mereka hanya bertugas melakukan pemantauan areal dalam dan luar kampus.
"Hanya di halaman gedung kita pantau, untuk di dalam asramanya, ada pengasuhnya masing-masing," ujarnya.
Sepengetahuan Tri Margono, total taruna dan taruni di ATKP Makassar berkisar 500-600 orang yang menempati dua asrama, Charly dan Alfa.
Lokasi penganiayaan yang dilakukan Muh Rusdi terhadap juniornya Aldama berada di asrama Alfa.
Namun, Tri Margono mengaku tidak mengetahui persis sistem keamanan yang diterapkan di asrama ATKP Makassar.
Bahkan Tri juga tidak tahu kejadiannya itu di asrama sang senior Rusdi atau asrama korban, Aldama.
Direktur ATKP Makassar Agus Susanto yang dikonfirmasi mengungkapkan, lokasi penganiayaan terhadap Aldama telah dipasangi garis polisi oleh Polrestabes Makassar guna kepentingan penyelidikan.
Awak media pun dilarang untuk mengambil gambar di sekitar lokasi peristiwa tewasnya Aldama tersebut.
"Koordinasi ke polisi pak. Soalnya TKP-nya sudah dipasang garis polisi, jadi lebih lanjutnya kordinasi ke pihak kepolisian pak," kata Agus Susanto seperti dilansir tribun-timur.com berusah mengambil gambar.
Terpisah, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementrian Perhubungan, Novyanto Widadi memberi penjelasan terkait tewasnya Aldama.
Saat ditemui di lokasi pemakaman Aldama, di Maros, Novyanto Widadi mengungkapkan akan melakukan evaluasi terhadap sistem pengelolaan ATKP khususnya keamanan taruna.
"Evaluasi pasti dilakukan, untuk evaluasi keselamatan (taruna) tentunya dibutuhkan alat, alat itu adalah sistem yaitu sistem pelaporan," kata Novyanto Widadi.
Menurut Ketua Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug ini, selama ini taruna di APTK Makassar tidak mempunyai wadah untuk melaporkan jika ada ancaman untuk keselamatan dirinya.
"Mereka (taruna) itu tidak punya alat untuk melaporkan bahwa mereka itu terancam, dianiaya. Jadi mungkin harusnya seorang taruna Wa (whatsApp ke direktur bahwa ia terancam, jadi ada sistem pelaporan," tegasnya.
Selama ini, pihaknya mengaku telah memberlakukan sistem pelaporan tertulis itu. Namun, belum maksimal.
"Sudah diterapkan, namanya hazard report. Hazard itu apa, yaitu bahaya, bahaya kepada siapa, bahaya kepada diri sendiri, orang lain dan lingkungan," ujarnya. (rsky)
Posting Komentar