![]() |
Ilustrasi |
Tebing Tinggi, indometro.id - Minggu(12/07/2020). Perkembangan penyebaran Covid-19 yang telah merambah ke berbagai penjuru dunia khususnya di wilayah Kota Tebingtinggi Propinsi Sumatera Utara membuat banyak sekolah mulai menerapkan sistem belajar secara daring. Langkah serupa juga diambil oleh beberapa perkantoran dan beberapa perusahan. Belum lagi dampak perekonomian keluarga. Dari segala asfek kehidupan, semua jadi terpapar.
Situasi ini memberikan waktu yang lebih banyak bagi keluarga untuk
berinteraksi di rumah. Meski demikian, keterbatasan aktivitas di rumah dapat
menimbulkan kebosanan yang membuat anak menjadi rewel dan seolah membangkang hingga membuat orang tua emosional, bahkan hal tersebut memunculkan
kebiasaan yang kurang sehat seperti makan dan tidur yang tidak teratur serta
penggunaan gadget secara berlebihan.
Kondisi ini tentunya menimbulkan berbagai pengaruh, bisa pengaruh positif dan bisa pula pengaruh negatif, tergantung pada keadaan masing-masing keluarga serta bagaimana keluarga tersebut menyikapinya, ada pula yang membuat orang orang jadi bermalas malasan tapi ada juga yang berkativitas positif dengan cara mengolah bakat terpendam sejak kecil seperti membuat karya tulis, bercocok tanam dan membuat mainan anak anak dari bahan bekas yang ada di rumah.
Setiap keluarga bisa memilih jenis aktivitas untuk dilakukan bersama selama masa belajar di rumah. Terutama yang memiliki anak kecil, Sebagai orang tua kita perlu memiliki kondisi fisik dan emosi yang prima untuk bisa mendampingi anak-anak karena jika anak-anak masih kecil tantangannya adalah melayani mereka baik secara fisik maupun verbal. Karakter anak anak yang beragam kadang dapat memicu tekanan darah lebih tinggi orang tua dalam berinteraksi pada anak anak
Untuk itu, Ibu dan Bapak
sebagai orang tua harus saling bekerja sama satu sama
lain, dan mengajak anak yang lebih besar untuk membantu menjaga adiknya atau
mengerjakan pekerjaan rumah.
“Ajaklah anak-anak kita, sekecil apapun, untuk mengajar mereka agar mempunyai rasa peduli dan mengerjakan bagian yang bisa mereka lakukan, misalnya membereskan mainan mereka sendiri, makan sendiri tanpa disuapi, dan sebagainya. Dengan demikian, kondisi ini justru akan menjadikan mereka bisa dan akan jadi kebiasaan, karena secara tak langsung kita sudah mengajarkan keterampilan-keterampilan baru kepada anak,”
Orang tua sebaiknya juga menetapkan jadwal untuk belajar, istirahat, makan, dan sebisa mungkin menepatinya, meskipun tetap ada fleksibilitas atau tidak kaku. Hal ini bertujuan agar anak anak tidak kehilangan struktur selama masa belajar di rumah, dan tetap terbiasa dengan rutinitas yang sehat.
Untuk membuat anak anak tidak bosan, kita selaku orang tua diharapkan bisa menyediakan bahan-bahan atau material yang tidak harus dibeli, seperti botol dan tutup botol, kertas dan dus bekas, atau benda-benda tak terpakai lainnya yang ada di rumah. Dengan bahan bahan bekas tersebut kita bisa saja menggunakannya sebagai alat permainan atau diolah agar bermanfaat untuk keluarga sendiri.
“Lakukan aktivitas fisik bersama keluarga misalnya dengan senam atau menari dan menyanyi karena sangat bagus dilakukan agar suasana jadi santai, tubuh juga semakin sehat bugar,”
Jika anak-anak sudah remaja atau mendekati dewasa, tantangan fisik mungkin sudah tidak ada. Namun, biasanya anak remaja cenderung lebih sulit diatur, dan konflik diantara orangtua dan anak anak mungkin timbul karena anak anak tidak mengikuti rutinitas yang seharusnya, seperti tidur larut malam karena main games, tidak tertib dalam ibadah dan makan, atau anak anak tidak mau belajar dan hanya menghabiskan waktunya untuk main gadget dan tidak mau terlibat dengan kegiatan di rumah.
Masalah ini bukan masalah gampang juga tidak sederhana, karena jika konflik berlangsung intens, anak mungkin saja justru memilih pergi dari rumah dan berkumpul dengan teman-temannya, yang justru mendatangkan masalah baru bagi si anak, orangtua dan keluarga.
“Kita sebagai orangtua perlu menjalin komunikasi dengan anak anak, kita juga harus mau
mendengarkan apa yang dikatakan dan diinginkan anak
anak dan kita juga bisa mengajak
mereka untuk berbicara, meminta pengertian dan bekerja sama dengan anak anak,
dan memberi suport saat anak menunjukkan perilaku
yang positif. Sebisa mungkin hindari komunikasi yang sifatnya mencereweti, cobalah ajak anak untuk berdialog dua arah,”
Kalau orang tua memiliki waktu luang, segeralah ajak anak anak remaja kita untuk bergabung bersama agar dapat bermain bersama, menyepakati pembagian tugas dalam keluarga, dan melibatkan mereka dalam kegiatan rumah tangga. Hal ini tentu akan memancing mereka untuk memahami arti sebuah kebersamaan dalam keluarga dan mengetahui tanggungjawabnya ketika mereka sudah berumahtangga kelak.
“Bila kita dapat mengelola situasi dan kondisi dengan baik, maka hal itu akan dapat mendatangkan pengaruh positif dan kesehatan fisik juga mental akan terjaga. Jangan lupa untuk mengajak anak, berapapun
usianya yang sudah mengerti, untuk berdialog tentang situasi terkini dengan
bahasa dan konten yang sesuai usia anak anak ,”
Penulis : Sukirno SE (Skn.01)
Posting Komentar untuk "Motivasi Positif Pada Aktifitas Dimasa Pandemi Covid - 19"