Festival Budaya Sekala Bekhak Lampung Barat Diwarnai Kontroversi

Daftar Isi
Lampung Barat, indometro.id - Festival Budaya Sekala Bekhak yang digelar Pemerintah Kabupaten Lampung Barat pada 21-23 Juli 2024 berakhir dengan meninggalkan sejumlah pertanyaan. Acara yang masuk dalam agenda Kalender Event Nasional (KEN) ini menarik perhatian publik, terutama saat penutupan pada Selasa malam, 23 Juli 2024.

Herpin, anggota DPRD Lampung Barat terpilih dari Dapil II yang juga menjabat sebagai Ketua Hulu Balang Kepaksian Pernong, mengungkapkan keprihatinannya atas insiden yang terjadi pada malam penutupan. Ia menyaksikan beberapa tokoh adat, termasuk perwakilan dari Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Bekhak Kepaksian Pernong, meninggalkan acara sebelum selesai.

"Saya terkejut melihat dari kejauhan beberapa tokoh adat yang mengenakan kopiah khas Lampung atau Tupi Kukhing keluar dari arena, padahal acara penutupan belum selesai. Bahkan Pj Bupati belum hadir di tempat," ujar Herpin.

Herpin mencoba mengejar para tokoh adat tersebut untuk mencari tahu penyebab kepergian mereka, namun tidak berhasil. Setelah menyelidiki lebih lanjut melalui grup WhatsApp perangkat adat kerajaan, ia menemukan bahwa alasan di balik insiden tersebut adalah penempatan tempat duduk yang tidak sesuai.

"Menurut keterangan saksi mata, perwakilan sai batin kerajaan adat Paksi Pak Sekala Brak ditempatkan di kursi belakang, bukan di posisi depan yang ada mejanya. Sebagai hulu balang, saya sangat menyayangkan hal ini terjadi," jelasnya.

Herpin menilai kejadian ini sebagai indikasi kurangnya kesiapan panitia penyelenggara. Ia menekankan pentingnya memperhatikan penempatan tempat duduk (Hejongan) para tokoh adat, mengingat mereka adalah simbol masyarakat adat Kabupaten Lampung Barat.

"Saya berharap ke depannya, penyelenggara lebih memperhatikan hal-hal kecil seperti ini, terutama jika mengundang perwakilan dari Kepaksian Pernong, Kepaksian Belunguh, Kepaksian Bejalan di Way, dan Kepaksian Nyerupa. Apalagi ini adalah acara yang membawa nama Sekala Brak," tambahnya.

Insiden ini menimbulkan pertanyaan tentang koordinasi dan penghormatan terhadap tokoh adat dalam penyelenggaraan acara budaya di Lampung Barat. Diharapkan, pengalaman ini dapat menjadi pelajaran berharga untuk pelaksanaan acara serupa di masa mendatang.(*)

Posting Komentar



banner image