Desa Natakoli Kecamatan Mapitara Selenggarakan Rembug Stunting Tahun 2024

Daftar Isi
Rembug Stunting Desa Natakoli Kecamatan Mapitara tahun 2024

Maumere, indometro. id- Sebagai salah satu bagian dari rangkaian pra musyawarah Desa penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) tahun 2025, Pemeritah Desa Natakoli Kecamatan Mapitara Kabupaten Sikka bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) menyelenggarakan rembuk stunting tahun 2024. 

Penyelenggaraan rembug stunting berlangsung selama sehari, Jumat, (19/7/2024) bertempat di Aula Kantor Desa Natakoli. 

Rembuk stunting merupakan program wajib yang diinstruksikan oleh pemerintah pusat untuk dilaksanakan oleh setiap Desa berdasarkan regulasi. Permasalahan stunting menjadi prioritas pemerintah dikarenakan masalah ini memengaruhi kualitas SDM yakni terhambatnya tumbuh kembang anak. 

Oleh sebab itu, program ini harus dilaksanakan secara konvergen atau terpusat, terpadu, terkoordinasi oleh berbagai lintas sektor,mengingat urgensi persoalan stunting ini, maka diwajibkan bagi Desa untuk menuangkan dalam RKP Desa dan APB Desa untuk memastikan adanya program penanganan dan pencegahan stunting

Kegiatan Rembug Stunting ini dipimipin oleh salah satu anggota BPD yang diberi mandat oleh Ketua BPD Desa Natakoli dan dihadiri oleh Penjabat Kepala Desa bersama perangkat, Badan Permusyawaratan Desa, Kader Pembangunan Manusia (KPM), Perwakilan Puskesmas Mapitara, Pendamping Desa, Pendamping Lokal Desa, Kader Posyandu dan sejumlah unsur lainnya.

Pimpinan musyawarah rembug stunting, Tonceanus Konsili, saat membuka kegiatan mengatakan, jika ada program yang diturunkan dari pusat yang hendak dilaksanakan di Desa maka perlu dilakukan melalui musyawarah. Sehingga, keputusan-keputusan yang dihasilkan dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi di Desa. 

"Program kegiatan ini yang diturunkan mulai dari pusat, ke provinsi, provinsi ke kabupaten, kabupaten ke Desa. program kegiatan ini ketika di Desa kita mau melaksanakan maka kita harus duduk bersama seperti ini, perlu kita duduk bersama seperti ini, kita melaksanakan musyawarah atau rapat kemudian bisa menghasilkan keputusan-keputusan yang sesuai dengan situasi dan kondisi di Desa yang bersangkutan", ujarnya. 

Keputusan yang dihasilkan, kata Tonceanus, harus berdampak pada kepentingan masyarakat atau dengan kata lain tidak bertentangan dengan kebutuhan masyarakat. 

"Artinya, apa yang kita putuskan hari ini harus berdampak pada kepentingan atau tidak bertentangan dengan kebutuhan masyarakat", terangnya. 

Penjabat Kepala Desa Natakoli, Marius Maryanto, SE, mengatakan perencanaan pembangunan Desa saat ini berbasis aplikasi sebab penyusunan perencanaan di tahun berjalan berawal dari data hasil rembug stunting, data SDGs Desa, IDM dan juga jaring aspirasi BPD. 

"Saya sudah tekankan beberapa kali bahwa perencanaan pembangunan Desa ini modelnya berbasis aplikasi sebab perencanaan di tahun berjalan berjalan berawal dari data hasil rembug stunting, data SDGs Desa, IDM dan juga jaring aspirasi BPD", jelasnya. 

Ia menambahkan, jika tanpa mengacu data-data tersebut maka suatu saat apabila terjadi pemeriksaan oleh BPK akan menjadi temuan. Oleh karena itu, harus ada beberapa dokumen yang perlu disiapkan yang tidak bisa dipisahkan 

Kegiatan diawali dengan pemaparan materi oleh beberapa narasumber yang terdiri dari Pendamping Desa tentang Kebijakan Pencegahan dan Penanganan Stunting menurut Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021. 

Materi Penyebab, Strategi Pencegahan dan Penanganan Stunting yang dibawakan oleh Petugas Gizi Puskesmas Mapitara  Dan, laporan pemetaan sosial konvergensi stunting 7 paket layanan oleh Kader Pembangunan Manusia (KPM).

Pendamping Desa, Silvester Moan Nurak, menjelaskan, ada tiga poin penting yang termuat dalam Perpres Nomor 72 Tahun 2021 mengenai upaya pencegahan dan penanganan stunting. 

Pertama, sasaran konvergensi stunting meliputi remaja putri, ibu hamil, bayi 0-23 bulan dan anak usia 24-59 bulan serta Calon Pengantin (Catin) dan Pasangan Usia Subur (PUS).

Kemudian, keluarga beresiko stunting yaitu keluarga yang memiliki remaja putri, ibu hamil maupun Baduta dan Balita serta Catin dan PUS dengan kategori miskin. Ditambah pula, sanitasi dan air bersih serta perlindungan sosial. 

"Kedua, pencegahan dan penanganan stunting meliputi intervensi spesifik dan sensitif. Intervensi spesifik untuk mengatasi penyebab langsung stunting seperti kurang gizi dan penyakit. Pada intervensi ini lebih banyak dikerjakan oleh tenaga kesehatan. Sedangkan, intervensi sensitif untuk mengatasi penyebab tidak langsung supaya tersedia kecukupan pangan dan tidak terjadi infeksi. Intervensi sensitif dilaksanakan semua pihak di luar bidang kesehatan", jelasnya.

Dan ketiga, pembentukan Tim Pencegahan Penurunan Stunting atau TPPS tingkat Desa. TPPS memiliki peran penting dalam memiliki peran mengkoordinasikan dan memfasilitasi upaya pencegahan stunting di Desa.

Selanjutya, Kader Pembangunan Manusia, Teyssa, melaporkan hasil hasil monitoring 7 paket layanan dan permasalahan konvergensi pencegahan dan penanganan stunting. 

Rembug Stunting dilakukan dengan metode Focus Group Discussion (FGD) atau diskusi kelompok terarah yang dipandu oleh Kader Pembangunan Manusia (KPM) dan Pendamping Desa. 

Peserta dibagi ke dalam 2 kelompok. Kelompok pertama, mendiskusikan paket layanan remaja putri, ibu hamil, bayi usia 0-23 bulan dan anak usia 24-59 bukan serta Calon Pengantin (Catin) dan Pasangan Usia Subur (PUS). Kelompok kedua, membahas paket layanan Kelompok Beresiko, Sanitasi dan Air Minum serta Perlindungan Sosial. 

Setiap kelompok mendiskusikan permasalahan yang berhubungan dengan stunting serta analisa potensi dan tindakan pemecahan baik secara spesifik maupun sensitif. 

Selanjutnya, hasil diskusi kelompok dibahas melalui rapat pleno bersama untuk menyepakati usulan program kerja konvergensi pencegahan stunting pada Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) tahun 2025.

Pencegahan Dimulai Dari Rematri

Pada kesempatan yang sama, Petugas Gizi dari Puskesmas Mapitara, Fony Ayu, menjelaskan, pencegahan stunting harus dimulai dari remaja putri atau Rematri 

"Mungkin ada yang bertanya kenapa remaja putri harus ditanganiditangani mereka kita harus perhatikan mereka? Karena adalah persiapan untuk generasi yang akan datang", jelasnya ketika membawakan materi dengan topik strategi pencegahan dan penanganan stunting 

Mengenai remaja putri, kata dia, salah satu kegiatan yang telah dilakukan adalah pemberian Tablet Tambah Darah bagi remaja putri (siswi) di SMP Negeri 1 Natakoli. 

"Mengenai Rematri ini kebetulan di Desa Natakoli ini ada satu sekolah yakni SMP dari puskesmas bekerjasama dengan tenaga kesehatan Desa melaksanakan secara rutin kepada adik-adik kita remaja putri yang ada di SMP Negeri 1 Mapitara", bebernya. 

Selain itu, pihaknya juga melaksanakan kegiatan screening hemoglobin dan ternyata dari setiap sampel yang ada ditemukan sekitar 3 atu 4 orang rematri yang mengalami nanemia. 

"Selain itu kami juga pernah melaksanakan screening Hemoglobin (Hb) dan ternyata kami menemukan dari  setiap sampel yang kami ambil  
banyak (sekitar 3 atau 4 orang) yang anemia", bebernya lagi. 

Ia menambahkan, rencananya akan diadakan lagi pemeriksaan hemoglobin terhadap seluruh remaja putri yang ada di Desa Natakoli baik yang bersekolah maupun yang tidak bersekolah. 

"Rencana kami di Juli atau Agustus pertengahan kaki akan diadakan lagi screening atau pemeriksaan Hb bagi seluruh remaja putri yang ada di SMP Negeri 1 Mapitara dan yang DI dari SMP atau yang tidak bersekolah tapi umurnya sekitar itu", ujarnya 

Dihadapan peserta rembug stunting, ia mengungkapkan, angka stunting di Desa Natakoli tahun ini dibandingkan dengan tahun kemarin mengalami peningkatan yakni dari 8 orang menjadi 9 orang. 

Dikatakan, saat ini telah tercipta kerja sama yang baik antara petugas kesehatan, pemerintah Desa maupun lintas sektor. Namun demikian, menurut Fony, persoalan stunting sangat ditentukan oleh polah hidup masyarakat itu sendiri. 

"Stunting kita dibandingkan tahun kemarin dan tahun ini ada peningkatan. Mungkin petugas gizi petugas kesehatan merasa kecewa merasa tidak berhasil untuk menangani dan mengatasi hal tersebut tapi terima kasih juga untuk orang desa, lintas sektor yang begitu bagus tpi semua itu kita kembali ke pola hidup masyarakat", pungkasnya. (Tim)

Posting Komentar



banner image