Hasil Panen Padi Petani Pakisan Cawas Klaten Tambah 1,5 Ton/Ha Dengan Sistem Jarwo
Petani Pakisan Cawas saat mengawali panen raya. Foto:Agus |
Klaten - indometro.id - Koperasi Tani Pangan Lestari (KTPL) Klaten kerjasama dengan sebuah organisasi nirlaba Rikolto Indonesia kemarin melakukan panen raya padi di area persawahan Desa Pakisan, Kecamatan Cawas, Klaten, Kamis (15/8/2024). Panen dilakukan pada lahan yang ditanami dengan metode tanam Jajar Legowo (Jarwo) 2:1 dengan sisipan.
Lokasi panen raya merupakan bagian dari demplot dan sekolah lapang petani untuk mengembangkan budi daya padi dengan standar sustainable rice platform (SRP) atau budi daya beras berkelanjutan. Total luas lahan demplot sekitar 30 hektare (ha) yang tersebar di dua kecamatan yakni Cawas dan Bayat.
Panen Raya petani Cawas dengan sistem Jarwo. Foto: Agus |
Kepala DKPP Klaten, Widiyanti, mendukung program yang digulirkan KTPL bersama Rikolto. Selain peningkatan produktivitas, konsep SRP turut menjaga kelestarian lahan.
“Dalam platform tersebut ada kombinasi antara penggunaan pupuk anorganik dengan pupuk organik. Ini sejalan atau selaras dengan program inovasi kami yakni Gelora Nonik [Gerak Langkah Ora Lali Nambah Pupuk Organik]. Modal utama petani itu ya lahan. Dengan sistem SRP ini kelestarian dan kesuburan lahan tetap terjaga termasuk produktivitasnya,” papar Widiyanti.
Hal itu dibuktikan dengan hasil panen lahan demplot di Desa Pakisan. Sistem tanam dengan metode Jarwo 2:1 sisipan yang diterapkan di lahan itu meningkatkan populasi tanaman. Peningkatannya hampir 25 persen hingga 30 persen dari jumlah populasi tanaman dalam satu luasan dengan sistem tanam biasa.
“Dengan adanya Si Jarwo ini perbatasan antara larikan satu dengan larikan lain menjadi agak longgar, sehingga akan memudahkan sinar matahari masuk. Jadi semuanya mendapatkan sinar matahari sehingga fotosintesis itu bisa bekerja secara maksimal,” jelas Widiyanti.
Dengan sistem itu, hasil panen bisa mencapai 9,2 ton hingga 9,9 ton gabah kering panen per hektare. Produktivitasnya cukup tinggi dibandingkan hasil panen biasanya rata-rata 8 ton per ha.
“Ini cukup besar kalau naik hingga sekitar 1-1,5 ton. Tentu ini akan meningkatkan penghasilan petani. Tantangan tentu harus membiasakan para tukang tandur untuk terbiasa dengan sistem Jarwo,” ungkap Widiyanti.
Ketua Kelompok Substansi Padi Irigasi dan Rawa Direktorat Serealia Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), Teuku Ahmad Iqbal, mengapresiasi program tesebut yang bisa meningkatkan produksi padi dengan proses budi daya berkelanjutan.
“Dengan pola tanam Jajar Legowo 2:1 sisipan menambah populasi tanaman hingga bisa meningkatkan produktivitas. Program ini semoga bisa diperbanyak dan nanti petani ikut mereplikasi,” jelas dia.
Ketua KTPL Klaten, Rustamaji, menjelaskan praktik demplot dan sekolah lapang petani di Pakisan sudah dimulai pada 2019. Awalnya, proses demplot hanya diterapkan pada satu hingga dua patok sawah. Saat ini, program itu bisa dikembangkan dengan demplot SRP seluas 30 ha.
Pendekatan demplot dan sekolah lapang yakni dengan model tanam Jajar Legowo 2:1 dengan sisipan.
“Misalnya petani menanam dengan model biasa, tinggal memindahkan satu baris sebagai sisipan di baris sebelahnya, sehingga dengan model ini otomatis terjadi peningkatan bibit padi sekitar 15%, artinya petani akan panen 15% lebih banyak dibandingkan tanam dengan metode biasa,” kata Rustamaji.
Rustamaji juga mengungkapkan penggunaan pupuk juga lebih hemat lantaran hanya diberikan di baris tanaman. Hal itu bisa mengurangi jumlah pemakaian pupuk dengan hasil lebih maksimal.
“Dari demplot sudah terbukti dengan meningkatkan kesuburan tanah, pemakaian pupuk kompos dan mengurangi pupuk kimia, meningkatkan hasil panen sekitar 20-25% dari biasanya. Misalnya saat ini panen padi petani di Klaten 7 ton per ha, dengan model ini panen menjadi 8,5-9,5 ton per ha, tergantung tingkat kesuburan tanah saat ini,” kata dia.
Posting Komentar